Landasan Teori Dalam Perancangan Tugas Akhir/Skripsi



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1         Teori-teori Dasar/Umum
Dalam suatu sistem yang akan dibuat, harus ada suatu teori dasar yang kuat atas dibuatnya sistem tersebut, sebab teori dasar atau umum merupakan landasan yang digunakan dalam mengidentifikasi sistem yang sedang berjalan maupun yang akan dikembangkan.
Teori umum tersebut terdiri dari konsep-konsep atau definisi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sistem dan yang berkaitan dengan sistem yang diidentifikasi. Semakin kita memahami konsepnya, maka akan semakin mempermudah dalam mengembangkan sistem yang berkualitas dan informatif. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa konsep atau definisi yang berkaitan dengan sistem.
2.1.1        Konsep Dasar Sistem
Menurut Mulyadi (2010:2) dalam bukunya yang berrjudul Sistem Akuntansi,
“Suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.”

Sedangkan menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2014:2) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi,
“Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”

Dari definisi diatas, dapat simpulkan bahwa sistem adalah kumpulan atau kelompok  yang saling berhubungan satu dengan yang lain, yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.2        Pengertian Informasi
Menurut Davis dikutip oleh Abdul Kadir (2014:45) pada bukunya Pengenalan Sistem Informasi,
“Informasi adalah data yang telah diperoleh menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.”

Sedangkan menurut Tata Sutabri (2012:22) dalam bukunya Analisa Informasi,
“Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah yang bermanfaat bagi penerimanya untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.
2.1.3        Definisi Sistem Informasi
Menurut O’Brian dikutip oleh Yakub (2012:17) pada buku Pengantar Sistem Informasi,
Sistem informasi (information system) merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

Sedangkan menurut Abdul Kadir (2014:8) dalam bukunya Pengenalan Sistem Informasi,
Sistem Informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi, dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data yang menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan.

Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sitem informasi adalah kombinasi teratur dari sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi dan prosedur kerja) yang mengumpulkan dan mengolah menjadi informasi dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.4        Pengertian Akuntansi
Menurut Hery (2013:1) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Keuangan Menengah,
Akuntansi adalah sebuah aktivitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan, yang dimaksudkan akan menjadi berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (dalam membuat pilihan diantara berbagai arternatif yang ada).

Sedangkan menurut Anastasia Diana dan Lilis Setiawati (2011:14) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi
Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi (bisnis maupun nonbisnis) kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi bisnis tersebut(pengguna informasi).

Dari pengertian akuntansi menurut definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa ekonomi perusahaan yang memberikan informasi ekonomi kepada pihak yang berkepentingan dan berguna untuk penganbilan keputusan.
2.1.5        Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Mulyadi (2010:3) dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi,
“Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengolahaan perusahaan.”

Sedangkan menurut V.Wiratna Sujarweni dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi (2015:3),
“Sistem akuntansi adalah kumpulan elemen yaitu formulir, jurnal, buku besar, buku pembantu, dan laporan keuangan yang akan digunakan oleh manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.”

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi adalah kumpulan elemen yang terdiri dari formulir, catatan dan laporan keuangan yang diolah menjadi informasi keuangan yan dibutuhkan oleh manajemen perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.1.6        Definisi Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Anastasia Diana dan Lilis Setiawati (2011:4) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi,
“Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang bertujuan untuk mengumpulkan dan memproses data serta melaporkan informasi yang berkaitan dengan transaksi keuangan.”

Sedangkan menurut Bodnar dan Hapwood dikutip oleh Lilis Puspitawati dan Sri Dewi anggadini (2014: 58) pada buku Sistem Informasi Akuntansi,
Sistem informasi akuntansi merupakan sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mentransformasi data akuntansi menjadi informasi, yang mencangkup siklus pemrosesan transaksi, penggunaan teknologi informasi, dan pengembangan sistem informasi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem berbasis komputer yang memproses data yang berkaitan dengan transaksi keuangan menjadi suatu informasi yang bermanfaat bagi perusahaan.
1.         Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini, dalam sistem informasi akuntansi terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
Output
Proses
Input
 

Gambar 2.1 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
a.         Input
Input merupakan segala sesuatu yang masuk ke dalam sustu sistem, input bervariasi bisa berupa energi, manusia, data, modal dll. Inputmerupakan pemicu bagi sistem untuk melakukan proses.
b.        Proses
Proses merupakan perubahan dari input menjadi output. Proses mungkin berupa perakitan yang menghasilkan satu macam output dari berbagai macam input yang disusun berdasarkan aturan tertentu.
c.         Output
Output adalah hasil dari suatu proses yang merupakan tujuan dari keberadaan sistem. Output dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :
(1)     Output yang langsung diberikan ke konsumen untuk dikonsumsi
(2)     Output suatu sistem yang dikonsumsi oleh subsistem yang lain dalam sistem yang sama dalam suatu siklus produksi.
(3)     Output yang merupakan bagian dari output secara keseluruhan yang dapat dikonsumsi oleh sistem yang lain atau oleh sistem yang bersangkutan, tapi menjadi tidak berguna kalau dibuang ke lingkungan.
2.         Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Lingkup sistem informasi akuntansi dapat dijelaskan dari manfaat yang didapat dari informasi akuntansi. Menurut Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, manfaat atau tujuan sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
a.         Mengamankan harta/kekayaan perusahaan.
Harta/kekayaan disini meliputi kas perusahaan, persediaan barang dagangan, termasuk aset tetap perusahaan.
b.        Menghasilkan beragam informasi untuk pengambilan keputusan.
Misal, pengelola toko swalayan memerlukan informasi mengenai barang apa yang diminati oleh konsumen.
c.         Menghasilkan informasi untuk pihak eksternal.
Setiap pengelola usaha memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Besarnya pajak yang dibayar tergantung pada omset penjualan (jika pengelola memilih menggunakan norma dalam perhitungan pajaknya) atau tergantung pada laba rugi usaha (jika pengelola memilih untuk tidak menggunakan norma dalam perhitungan pajaknya). Tanpa sistem yang baik, bisa jadi pengelola kesulitan untuk menentukan besarnya omset dan besarnya laba rugi usaha.
d.        Menghasilkan informasi untuk penilaian kinerja karyawan.
Sistem informasi dapat juga dimanfaatkan untuk penilaian kinerja karyawan atau divisi.
e.         Menyediakan data masa lalu untuk kepentingan audit (pemeriksaan).
Data yang disimpan dengan baik sangat mempermudah proses audit (pemeriksaan). Satu hal penting, audit bukan ekslusif milik perusahan publik.
f.         Menghasilkan informassi untuk penyusunan dan evaluasi anggaran perusahaan.
Anggaran merupakan alat yang sering digunakan perusahaan untuk mengendalikan pengeluaran kas. Anggaran membatasi pengeluaran seperti yang telah disetujui dan menghindari pengeluaran yang seharusnya tidak dikeluarkan dan berapa besarnya.
g.        Menghasilkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian
Data historis yang diprose oleh sistem informasi akuntansi dapat digunakan untuk meramal pertumbuhan penjualan dan aliran kas atau untuk mengetahui tren jangka panjang beserta korelasinya.
2.1.7        Alat-alat Pemodelan Sistem
Sebuah sistem analisis membutuhkan alat-alat (tools) yang dapat menggambarkan apa yang sedang dikerjakan dalam bentuk diagram. Peralatan dalam analisis sistem ini terdiri dari :
1.         Bagan Alir Sistem (Flowchart)
Menurut Krismiaji (2010:71) dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi,
Bagan alir sistem merupakan teknik analitis yang digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem informasi secara jelas, tepat dan logis. Bagan alir menggunakan serangkaian simbol standar untuk menguraikan prosedur pengolahan transaksi yang digunakan oleh sebuah perusahaan, sekaligus menguraikan aliran data dalam sebuah sistem.

Tabel 2.1 Simbol-Simbol Flowchart
No
Simbol
Keterangan
1.
Simbol Terminator
Untuk menyatakan awal atau akhir program
2.
Simbol Dokumen
Menunjukkan dokumen input dan output, baik untuk proses manual, mekanik, maupun komputer
3.
Simbol Manual Input
Untuk memasukkan data secara manual dengan menggunakan online keyboard
4.
Simbol Proses
Untuk menyatakan segala jenis operasi yang diproses dengan menggunakan suatu mesin yang mempunyai keyboard
5.
Simbol Proses Manual
Untuk menyatakan suatu proses yang dilakukan secara manual
6.
Simbol Decision
Untuk menyatakan suatu kondisi yang akan menghasilkan dua kemungkinan jawaban, ya atau tidak
7.
Simbol Display
Untuk menyatakan peralatan output yang digunakan berupa layar (video, komputer)
8.
                               
Simbol Tape
Untuk menyatakan input berasal dari pita magnetik unit atau outpun disimpan ke pita magnetik
No
Simbol
Keterangan
9.
Simbol Offline Connector
Menyatakan sambungan satu proses ke proses lainnya dalam halaman yang berbeda
10.
Simbol Disk Storage
Untuk menyatakan input berasal disk atau output disimpan ke disk
11.
 
Simbol Predifined Process
Untuk menyatakkan rincian operasi berada di tempat lain
12.
Simbol Connector
Menyatakan sambungan dari satu proses ke proses lainnya dalam satu halaman
13.
Simbol Disk
Untuk menunjukan input atau output menggunakan hardisk
14.
Simbol Drum Magnetik
Untuk menunjukan input atau output menggunakan drum magnetik
15.
Simbol Arsip
Untuk menunjukan bahwa data dalam simbol ini akan di simpan di suatu media tertentu
16.
Simbol Arah Proses
Untuk menunjukan jalanny a arus suatu proses
Sumber : Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini “Sistem Informasi Akuntansi” (2014)
2.         Data Flow Diagram (DFD)
Menurut Mulyadi (2010:57) dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi,
Data flow diagram adalah suatu model yang menggambarkan aliran data dan proses untuk mengolah data dalam suatu sistem.”

Tabel 2.2 Simbol DFD
No
Simbol
Keterangan

Sumber data dan tujuan data

Proses (fungsi yang sedang dilakukan)

Penyimpanan data

Aliran data
Sumber : Anastasia Diana dan Lilis Setiawati “Sistem Informasi Akuntansi” (2011)
3.         Diagram Konteks
Menurut Lilis Puspitawati dan Dewi Anggadini dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi (2014:12),
“Diagram konteks merupakan DFD top level yang berfungsi memetakan batasan sistem dengan lingkungan dan direpresensikan melalui lingkaran tunggal yang mewakili sistem keseluruhan.”
4.         Entity Relation Diagram (ERD)
Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2014:109)dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi,
“ERD merupakan suatu peralatan pembuatan model data yang paling fleksibel, dapat diadaptasi untuk berbagi pendekatan yang mungkin diikuti perusahaan dalam pengembangan sistem.”

Menurut Edhy Sutanta ( 2011:92), sebuah ERD tersusun atas tiga komponen yaitu entitas, atribut, dan kerelasian antar entitas.
a.         Entitas (Entity)
Entitas menunjukkan objek-objek dasar yang terkait di dalam sistem. Objek dasar dapat berupa orang, benda, atau hal yang keterangannya perlu disimpan di dalam basis data.
b.        Atribut (Atribute)
Atribut sering pula disebut sebagai properti (property), merupakan keterangan-keterangan yang terkait pada sebuah entitas yang perlu disimpan dalam basis data. Atribut berfungsi sebagai penjelas pada sebuah entitas.
c.         Kerelasian antar entitas (Relationship)
Kerelasian antar entitas mendefinisikan hubungan antara dua buah entitas. Kerelasian adalah kejadian atau transaksi yang terjadi diantara dua buah entitas yang keterangannya perlu  dalam basis data.
Tabel 2.3 Simbol ERD
No
Simbol
Keterangan
1.
Enternal Entity  (Kesatuan Luar) adalah kesatuan yang menyediakan data untuk di input ke sistem dan menerima data output dari sistem
No
Simbol
Keterangan
2.
Relationship adalah hubungan alamiah yang terjadi antara instance-intance satu atau lebih tipe entitas
3.
Atribut adalah sifat atau karakteristik suatu entity yang menyediakan penjelasan detail tentang entity tersebut, atau ciri-ciri dari suatu entitas
4.
Link merupakan garis penghubung antar satu entitas dengan entitas yang lain
Sumber : Ema Utami dan Anggit Dwi Hartanto (2012:18) Sistem Basis Data menggunakan Microsoft  SQL Server 2005
5.         Kamus Data
Menurut Adi Nugroho (2011:16) dalam bukunya Perancangan dan Implementasi Sistem Basis Data,
“Kamus data adalah suatu himpunan dari metadata, suatu data yang menerangkan data yang lainnya.
Simbol-simbol  yang digunakan dalam kamus data adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Simbol Kamus Data
Simbol
Uraian
=
Terdiri dari, mendefinisikan, diuraikan menjadi, artinya
+
Dan
()
Opsional (boleh ada atau boleh tidak)
Simbol
Uraian
{}
Pengulangan
[]
Memilih salah satu dari sejumlah alternatif, seleksi
**
Komentar
@
Identitas atribut kunci
|
Pemisah sejumlah alternatif pilihan simbol [ ]
Sumber : Tata Sutabri, 2015:15
2.1.8        Definisi Basis Data (Database)
Menurut Agustinus Mujilan (2012 : 23) dalam bukunya yang berjudul
“Secara sederhana database (basis data / pangkalan data) dapat diungkapkan sebagai suatu pengorganisasian data dengan bantuan komputer yang memungkinkan data dapat diakses dengan mudah dan cepat.”

Sedangkan menurut Fathansyah (2012:3) dalam bukunya yang berjudul Basis Data,
“Basis data adalah kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemekian rupa dan tanpa pengulangan (redundansi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan.”

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa basis data (database) adalah kumpulan data yang disimpan dalam media penyimpanan komputer/elektronis yang dapat diakses kembali dengan mudah dan cepat.
1.         Tujuan Pemanfaatan Basis Data
Tujuan awal dan utama dalam pengolahan data dalam sebuah basis data adalah agar dapat memperoleh menemukan kembali data (yang kita cari) dengan mudah dan cepat. Menurut Fathansyah, pemanfaatan basis data untuk pengolahan data, juga memiliki tujuan-tujuan lain,  antara lain :

a.         Kecepatan dan kemudahan (speed)
Pemanfaatan basis data memungkinkan untuk dapat menyimpan data atau melakukan perubahan/manipulasi terhadap data atau menampilkan kembali data tersebut dengan cepat dan mudah, dibandingkan jika menyimpan data secara manual (non-elektronis) atau secara elektronis (tetapi tidak dalam bentuk penerapan basis data).
b.        Efisiensi ruang penyimpanan (Space)
Dengan basis data, efisiensi/optimalisasi penggunaan ruang penyimpanan dapat dilakukan, karena dapat dilakukan dengan jumlah redundansi data, baik dengan penerapan sejumlah pengodean atau dengan membuat relasi-relasi (dalam bentuk tabel) antar kelomok data yang saling berhubungan.
c.         Keakuratan (accuracy)
Pemanfaatan pengkodean atau pembentukan relasi antardata bersama dengan penerapan aturan/batasan (constaint) tipe data, domain data , keunikan data, dan sebagainya, yang secara ketat dapat diterapkan dalam sebuah basis data, sangat berguna untuk menekan ketidakakuratan penyimpanan data.
d.        Ketersediaan (availability)
Pertumbuhan data (baik dari sisi jumlah maupun jenisnya) sejalan dengan waktu akan semakin membutuhkan ruang penyimpanan yang besar, meskipun tidak semua data itu selalu dibutuhkan. Dengan pemanfaatan teknologi jaringan komputer, data yang berada si suatu cabang, dapat juga diakses (menjadi tersedia/available) bagi cabang lain.
e.         Kelengkapan (completeness)
Lengkap atau tidaknya data yang kita kelola dalam sebuah basis data bersifat relatif (baik terhadap kebutuhan pemakai maupun terhadap waktu). Untuk mengakomondasi kebutuhan kelengkapan data yang semakin berkembang, maka tidak hanya dapat menambah record-record data, tetapi juga dapat melakukan perubahan struktur dalam basis data, baik dalam bentuk penambahan objek baru (tabel) atau dengan penambahan field-field baru pada suatu tabel.
f.         Keamanan (security)
Memang ada sejumlah sistem (aplikasi) pengelola basis data yang tidak menerapkan aspek keamanan dalam penggunaan basis data. Akan tetapi untuk sistem yang besar dan serius, aspek keamanan juga dapat diterapkan dengan ketat. Dengan begitu, maka dapat menentukan siapa-siapa (pemakai) yang boleh menggunkan basis data berarti obejk-objek didalamnya dan menentukan jenis-jenis operasi apa saja yang boleh dilakukannya.
g.        Kebersamaan pemakaian (sharability)
Pemakaian basis data seringkali tidak terbatas pada sautu pemakai saja, atau di satu lokasi saja atau oleh satu sistem/aplikasi saja. Basis data yang dikelola oleh sistem (aplikasi) yang mendukung lingkungan multi-user, akan memenuhi kebutuhan ini, tetepi tetap dengan menjaga/menghindari munculnya persoalan baru seperti inkonsistensi data (karena data yang sama diubah oleh banyak pemakai pada saat yang bersamaan) atau kondisi deadlock (karena ada banyak pemakai yang saling menunggu untuk menggunakan data).
2.1.9        Definisi SQL Server 2008
Menurut I Ketut Darmayuda (2010:85) dalam bukunya yang berjudul  Pemograman Aplikasi Database dengan Microsoft Visual Basic.Net 2008,
Microsoft SQL Server 2005 adalah produk lanjutan dari Microsoft SQL Server yang merupakan perangkat lunak Relational Database Management System (RDMBS) yang andal dan powerfull. Microsoft SQL Server 2005 dirancang untuk penanganan pengolahan data transaksi yang cukup besar seperti online order entry, inventory, akuntansi atau manufaktur.
Microsoft SQL Server 2008 merupakan versi terbaru atau lanjutan  dari  Miscrosoft SQL Server 2005

2.1.10    Definisi Visual Basic.Net
Menurut Priyanto Hidayatullah (2014) dalam bukunya yang berjudul Pemrograman Web,
Visual Basic.Net adalah Visual Basic yang direkayasa kembali untuk digunakan pada flatform .Net sehingga aplikasi yang dibuat menggunakan Visual Basic.Net agar berjalan pada sistem komputer apapun dan dapat mengambil data dari server dengan tipe apapun asalkan terinstal .Net Framework.

Menurut I Ketut Darmayuda (2010:3) dalam bukunya yang berjudul Pemograman Aplikasi Database dengan Microsoft Visual Basic.Net 2008,
Pemograman Microsoft Visual Basic.Net 2008 adalah sebuah platform untuk membangun, menjalankan dan meningkatkan generasi lanjut dari aplikasi terdistribusi. Microsoft Visual Basic.Net sebelumnya, yaitu Visual Basic.Net 2003 yang diproduksi oleh Microsoft.


2.2         Teori-teori Khusus
Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori-teori khusus yang berkitan dengan akuntansi biaya yaitu biaya overhead pabrik.
2.2.1        Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi  oleh siklus kegiatan usaha perusahaan tersebut. Siklus perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku dibagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jasa ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, lanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. Akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk menyajikan informasi harga pokok produksi per satuan produk jadi yang diserahkan ke bagian gudang.
Siklus akuntansi biaya adalah suatu proses penyediaan laporan keuangan perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu. Akuntansi keuangan bertujuan untuk menyajikan informasi ekonomi atau laporan keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan tidak dapat langsung disusun dari transaksi, tetapi harus melalui proses. Proses sejak pencatatan transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan itu disebut “siklus akuntansi”.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses pengolahan produk, sejak dari masukkannya bahan baku ke dalam proses produksi sampai dengan dihasilkannya produk jadi dari proses produksi tersebut.
2.2.2        Definisi Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2015:7) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya,
“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.”
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok : penentuan kos produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus.
1.         Biaya
Menurut Mulyadi (2015:8) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan terentu. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya, yaitu :
a.         Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
b.        Diukur dalam satuan uang
c.         Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
d.        Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: “different costs for different purposes”. Biaya dapat digolongkan menurut :
a.         Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran aalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “ biaya bahan bakar”.
b.        Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok :
(1)     Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual
(2)     Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksakan kegiatan pemasaran produk.
(3)     Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
c.         Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).
(1)     Biaya langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departemental costs) adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu.
(2)     Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk diseut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.
d.        Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas
Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi :
(1)     Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
(2)     Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
(3)     Biaya semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
(4)     Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
e.         Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
(1)     Pengeluaran modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didiprisiasi, diamortisasi, atau dideplesi.
(2)     Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapat adalah  biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
2.         Metode Penentuan Biaya produksi
Metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi terdapat dua pendekatan, yaitu :
a.        Full costing
Full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Biaya produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahn baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi ( biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
b.        Variabel costing
Variabel costing merupakan  metode penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrassi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).
2.2.3        Definisi Biaya Overhead Pabrik
Menurut Abdul Halim (2010 : 90) biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung atau biaya tenaga kerja langsung.
Sedangkan menurut Mulyadi (2015: 194)  biaya overhead pabrik adalah biaa produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
1.         Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Menurut Mulyadi (2015:193) Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan, antara lain :
a.    Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini:
(1)      Biaya bahan penolong
Biaya bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produksi jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produksi jadi tetapi nilainya relatif kecil dibandingkan dengan harga pokok produksi pokok tersebut.
(2)     Biaya reparasi dan pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (sparepart), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas labolatorium, dan aktiva tetap lain digunakan untuk keperluan pabrik.
(3)     Biaya tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu.
(4)     Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, perkakas laboratorium, alat kerja, dan aktiva lain yang digunakan di  pabrik.
(5)     Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya assuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
(6)     Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai
Biaya overheadpabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak lain perusahaan, biaya listrik PLN, dan lainnya.
b.    Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan, antara lain :
(1)     Biaya overhead pabrik tetap
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.
(2)     Biaya overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
(3)     Biaya overhead pabrik semivariabel
Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
c.    Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen
Menurut Mulyadi (2015:195)  ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu :
(1)     Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental overhead expenses)
Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contoh biaya ini adalah gaji mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin, dan biaya bahan penolong.
(2)     Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (inderect departement overhead expenses)
Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh biaya overhead ini adaah biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik (catatan: gedung pabrik digunakan oleh beberapa departemen produksi).
2.         Langkah-langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Menurut Mulyadi (2015:197) penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini :
a.         Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiram biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead pabrik  : kapasitas praktis, kapasitas normal, dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat dilakukan dengan lebih dulu menentukan kapasitas teoretis, yaitu volume produksi maksimum yang dapat dihasilkan oleh pabrik.
(1)     Kapasitas teoretis (theoritical capacity)
Kapasitas teoretis adalah kapasitas pabrik atau suatu selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoretis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan.
(2)     Kapasitas normal (normal capacity)
Kapasitas normal adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produksinya dalam jangka panjang.
(3)     Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity)
Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat  dicapai dalam tahun yang akan datang. Penentuan tarif biaya overhead pabrik pada dasarnya adalah penaksiran biaya overhead pabrik sesungguhnya di masa yang akan datang, dan menurut pendekatan jangka pendek, hal ini dapat dilakukan bila tarif tersebut dibuat atas dasar tingkat kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
b.        Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah :
(1)     Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi.
(2)     Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.
Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk, diantaranya adalah :
(1)     Satuan produk
Metode ini adalah yang paling sederhana dan yang langsung membebankan biaya overhead pabrik (BOP) kepada produk. Beban biaya overhead pabrik untuk setiap produk dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Taksiran biaya overhead pabrik
                                                      = Tarif BOP per satuan
Taksiran jumlah satuan produk
yang dihasilkan
 



(2)     Biaya bahan baku
Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku (misalnya biaya asuransi bahan baku), maka dasaryang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai. Rumus perhitungan biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut :
Taksiran biaya overhead pabrik            Persentase BOP
                                                          =  dari biaya bahan
Taksiran biaya bahan baku yang           baku yang dipakai
dipakai
 



(3)     Biaya tenaga kerja
Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung (misalnya pajak penghasilan atas upah karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Taksiran biaya overhead pabrik                 Presentase BOP
                                                              =   dari biaya tenaga
Taksiran biaya tenaga kerja langsung        kerja langsung
 


(4)     Jam tenaga kerja langsung
Apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus:
Taksiran biaya overhead pabrik              Tarif BOP per jam
                                                           =   tenaga kerja
Taksiran jam tenaga kerja langsung        langsung
 



(5)     Jam mesin
Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu  penggunaan mesin (misalnya bahan bakar atau listrik yang  dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik dihitung sebagai berikut :
Taksiran biaya overhead pabrik            Tarif BOP per jam
                                                         =   mesin
Taksiran jam kerja mesin
 



c.         Menghitung tarif biaya overhead pabrik
Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran biaya overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanannya telah dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif biaya overhead pabrik dengan rumus sebagai berikut:
Biaya overhead pabrik yang dianggarkan        Tarif biaya
                                                                     =   overhead pabrik
Taksiran dasar pembebanan
 



3.         Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Kepada Produk Atas Dasar Tarif
Tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan dimuka kemudian digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk yang diproduksi. Jika perusahaan menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variabel dan tarif biaya overhead pabrik tetap. Jika perusahaan menggunakan metode variabel costing  di dalam penentuan harga pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variabel saja.
a.         Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dalam metode full costing
Setelah tarif biaya overhead pabrik ditentukan sebesar Rp 140 per jam mesin, maka produk yang diproduksi sesungguhnya dibebani dengan biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif tersebut.
b.        Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dalam metode variabel costing
Dalam metode variabel costing, biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan sebagai unsur biaya produksi, sehingga tidak diperhitungkan sebagai unsur harga pokok persediaan produk jadi maupun persediaan produk dalam proses. Biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan sebagai biaya periode dan langsung digunakan untuk mengurangi pendapatan penjualan dalam periode yang bersangkutan.
4.         Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan untuk dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi merupakan biaya overhead pabrik yang lebih atau kurang dibebankan (over or underapplied factory overhead cost).

PT Eliona Sari
Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Terjadi Tahun 20X1
Pada Kapasitas Sesungguhnya yang Dicapai
75.000 Jam Mesin
No Rek
Jenis Biaya
Tetap/Variabel
Jumlah
5101
5102
5103
5104

5105
5106

5107
5108
Biaya Bahan Penolong
Biaya Listrik
Biaya Bahan Bakar
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Biaya Kesejahteraan Karyawan
Biaya Reparasi & Pemeliharaan

Biaya Asuransi Gedung
Biaya Depresiasi Mesin
V
V
V
V
T
T
V
T
T
T
Rp1.000.000
1.450.000
750.000
1.500.000
2.000.000
1.500.000
500.000
500.000
600.000
800.000
Jumlah

V
T
Rp5.300.000
5.400.000
Jumlah Total
Rp10.700.000
Gambar 2.2 Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Terjadi

a.         Pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya dalam metode full osting
Biaya overhead pabrik yang esungguhnya terjadi dicatat dalam rekening kontol biaya overhead pabrik sesungguhnya. Rekening ini dirinci lebih lanjutdalam kartu biaya  untuk jenis biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Jurnal yang dibuat oleh PT Eliona Sari untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi berdasarkan data dalam Gambar 2.2 adalah sebagai berikut :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya              Rp10.700.000
Persediaan Bahan Penolong                                         Rp1.100.000
Persediaan Bahan Bakar                                                     750.000
Gaji dan Upah                                                                  3.500.000
Persediaan Suku Cadang                                                    500.000
Persekot Asuransi Gedung                                                 600.000
Akumulasi Depresiasi Mesin                                               800.000
Kas                                                                                    3.450.000

Catatan:
Biaya yang dibayar dengan kas terdiri dari:
Biaya listrik sebesar                                            Rp1.450.000
Biaya kesejahteraan karyawan                                1.500.000
Biaya reparasi & pemeliharaan tetap sebesar             500.000
Jumlah                                                       Rp3.450.000

b.        Pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya dalam metode variabel costing
Karena dalam metode variabel costing biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya, tidak diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi, maka biaya overhead pabrik sesungguhnya yang telah dicatat dalam rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya kemudian dipecah menjadi dua kelompok  biaya : biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya dan biaya overhad pabrik tetap sesungguhnya.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat peisahan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi menurut perilakunya, berdasarkan data dalam gambar 2.2 adalah sebagai berikut :
Biaya Ov.Pabrik Variabel Sesungguhnya             Rp5.300.000
Biaya Ov.Pabrik Tetap Sesungguhnya                      5.400.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                     Rp10.700.000

2.3         Penelitian Terdahulu
Menurut Yuri Rahayu, 2015, dalam  penelitiannya yang berjudul “Analisa Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Terhadap Harga Jual Produk Pada UKM Di Wilayah Sukabumi” menyatakan,
Bahwa dengan mengetahui dan paham atas perlakuan perhitungan  tarif BOP perusahaan bisa dengan tepat menetapkan harga jual produk sehingga perusahaan bisa menjaga kelangsungan hidup perusahaan (konsep going concern) untuk bisa bertahan hidup lama di tengah keadaan ekonomi yang sulit dan persaingan yang ketat. Dalam hal ini berusaha menyajikan perhitungan yang sederhana karena obyek penelitian penulis adalah Usaha kecil dan menengah yang kurang sekali pemahaman tentang BOP.
Penelitian yang dilakukan  oleh Yeni Ardianti, 2014, dalam penelitiannya yang berjudul “Persentase Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, Biaya Overhead Pabrik Terhadap Harga Pokok Produksi Pada PT Indohamafish Tahun 2014” menyatakan, 
Bahwa dengan diterapkannya perhitungan biaya-biaya yang dikeluarkan pada proses produksi secara terperinci, dapat diketahui biaya overhead pabrik memberikan persentasenya yang besar terhadap harga pokok produksi, dan dengan melakukan perhitungan tersebut perusahaan dapat lebih jelas melihat peningkatan dan penurunan pada setiap periode seberapa besar persentase biaya overhead pabrik yang masuk terhadap harga pokok produksi tersebut.


Previous
Next Post »
0 Komentar