BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Teori-teori
Dasar/Umum
Dalam
suatu sistem yang akan dibuat, harus ada suatu teori dasar yang kuat atas
dibuatnya sistem tersebut, sebab teori dasar atau umum merupakan landasan yang
digunakan dalam mengidentifikasi sistem yang sedang berjalan maupun yang akan
dikembangkan.
Teori
umum tersebut terdiri dari konsep-konsep atau definisi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan sistem dan yang berkaitan dengan sistem yang diidentifikasi.
Semakin kita memahami konsepnya, maka akan semakin mempermudah dalam
mengembangkan sistem yang berkualitas dan informatif. Dibawah ini akan
dijelaskan beberapa konsep atau definisi yang berkaitan dengan sistem.
2.1.1
Konsep
Dasar Sistem
Menurut
Mulyadi (2010:2) dalam bukunya yang berrjudul Sistem Akuntansi,
“Suatu sistem pada
dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya,
yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu.”
Sedangkan
menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2014:2) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi,
“Sistem
adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.”
Dari
definisi diatas, dapat simpulkan bahwa sistem adalah kumpulan atau
kelompok yang saling berhubungan satu
dengan yang lain, yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.2
Pengertian
Informasi
Menurut
Davis dikutip oleh Abdul Kadir (2014:45) pada bukunya Pengenalan Sistem Informasi,
“Informasi adalah data
yang telah diperoleh menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan
bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.”
Sedangkan
menurut Tata Sutabri (2012:22) dalam bukunya Analisa Informasi,
“Informasi adalah data
yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan
dalam proses pengambilan keputusan.”
Dari
pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data
yang telah diolah yang bermanfaat bagi penerimanya untuk digunakan dalam
pengambilan keputusan.
2.1.3
Definisi
Sistem Informasi
Menurut
O’Brian dikutip oleh Yakub (2012:17) pada buku Pengantar Sistem Informasi,
Sistem informasi (information
system) merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, perangkat keras,
perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan,
mengubah, menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Sedangkan
menurut Abdul Kadir (2014:8) dalam bukunya Pengenalan
Sistem Informasi,
Sistem
Informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi,
dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data yang menjadi informasi),
dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan.
Dari
definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sitem informasi adalah kombinasi
teratur dari sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi dan
prosedur kerja) yang mengumpulkan dan mengolah menjadi informasi dalam sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.4
Pengertian
Akuntansi
Menurut
Hery (2013:1) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi
Keuangan Menengah,
Akuntansi adalah
sebuah aktivitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan, yang dimaksudkan akan menjadi
berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (dalam membuat pilihan diantara
berbagai arternatif yang ada).
Sedangkan
menurut Anastasia Diana dan Lilis Setiawati (2011:14) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi
Akuntansi merupakan proses
mengidentifikasi, mengukur, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa
ekonomi dari suatu organisasi (bisnis maupun nonbisnis) kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan informasi bisnis tersebut(pengguna informasi).
Dari
pengertian akuntansi menurut definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
akuntansi adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
ekonomi perusahaan yang memberikan informasi ekonomi kepada pihak yang
berkepentingan dan berguna untuk penganbilan keputusan.
2.1.5
Pengertian
Sistem Akuntansi
Menurut
Mulyadi (2010:3) dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi,
“Sistem akuntansi adalah
organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa
untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna
memudahkan pengolahaan perusahaan.”
Sedangkan
menurut V.Wiratna Sujarweni dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi (2015:3),
“Sistem akuntansi
adalah kumpulan elemen yaitu formulir, jurnal, buku besar, buku pembantu, dan
laporan keuangan yang akan digunakan oleh manajemen untuk mencapai tujuan
perusahaan.”
Berdasarkan
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi adalah kumpulan elemen
yang terdiri dari formulir, catatan dan laporan keuangan yang diolah menjadi
informasi keuangan yan dibutuhkan oleh manajemen perusahaan untuk mencapai
tujuan perusahaan.
2.1.6
Definisi
Sistem Informasi Akuntansi
Menurut
Anastasia Diana dan Lilis Setiawati (2011:4) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi,
“Sistem informasi
akuntansi adalah sistem yang bertujuan untuk mengumpulkan dan memproses data
serta melaporkan informasi yang berkaitan dengan transaksi keuangan.”
Sedangkan
menurut Bodnar dan Hapwood dikutip oleh Lilis Puspitawati dan Sri Dewi
anggadini (2014: 58) pada buku Sistem
Informasi Akuntansi,
Sistem informasi akuntansi merupakan
sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mentransformasi data akuntansi
menjadi informasi, yang mencangkup siklus pemrosesan transaksi, penggunaan
teknologi informasi, dan pengembangan sistem informasi.
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
akuntansi adalah suatu sistem berbasis komputer yang memproses data yang
berkaitan dengan transaksi keuangan menjadi suatu informasi yang bermanfaat
bagi perusahaan.
1.
Komponen
Sistem Informasi Akuntansi
Menurut
Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini, dalam sistem informasi akuntansi
terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
Output
|
Proses
|
Input
|
Gambar 2.1 Komponen
Sistem Informasi Akuntansi
a.
Input
Input merupakan segala
sesuatu yang masuk ke dalam sustu sistem, input bervariasi bisa berupa energi,
manusia, data, modal dll. Inputmerupakan pemicu bagi sistem untuk melakukan
proses.
b.
Proses
Proses merupakan
perubahan dari input menjadi output. Proses mungkin berupa perakitan yang
menghasilkan satu macam output dari berbagai macam input yang disusun
berdasarkan aturan tertentu.
c.
Output
Output adalah hasil
dari suatu proses yang merupakan tujuan dari keberadaan sistem. Output dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :
(1) Output
yang langsung diberikan ke konsumen untuk dikonsumsi
(2) Output
suatu sistem yang dikonsumsi oleh subsistem yang lain dalam sistem yang sama
dalam suatu siklus produksi.
(3) Output
yang merupakan bagian dari output secara keseluruhan yang dapat dikonsumsi oleh
sistem yang lain atau oleh sistem yang bersangkutan, tapi menjadi tidak berguna
kalau dibuang ke lingkungan.
2.
Tujuan
Sistem Informasi Akuntansi
Lingkup
sistem informasi akuntansi dapat dijelaskan dari manfaat yang didapat dari
informasi akuntansi. Menurut Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, manfaat atau
tujuan sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
a.
Mengamankan
harta/kekayaan perusahaan.
Harta/kekayaan disini
meliputi kas perusahaan, persediaan barang dagangan, termasuk aset tetap
perusahaan.
b.
Menghasilkan beragam
informasi untuk pengambilan keputusan.
Misal, pengelola toko
swalayan memerlukan informasi mengenai barang apa yang diminati oleh konsumen.
c.
Menghasilkan informasi
untuk pihak eksternal.
Setiap pengelola usaha
memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Besarnya pajak yang dibayar tergantung
pada omset penjualan (jika pengelola memilih menggunakan norma dalam
perhitungan pajaknya) atau tergantung pada laba rugi usaha (jika pengelola
memilih untuk tidak menggunakan norma dalam perhitungan pajaknya). Tanpa sistem
yang baik, bisa jadi pengelola kesulitan untuk menentukan besarnya omset dan
besarnya laba rugi usaha.
d.
Menghasilkan informasi untuk
penilaian kinerja karyawan.
Sistem informasi dapat
juga dimanfaatkan untuk penilaian kinerja karyawan atau divisi.
e.
Menyediakan data masa
lalu untuk kepentingan audit (pemeriksaan).
Data yang disimpan
dengan baik sangat mempermudah proses audit (pemeriksaan). Satu hal penting,
audit bukan ekslusif milik perusahan publik.
f.
Menghasilkan informassi
untuk penyusunan dan evaluasi anggaran perusahaan.
Anggaran merupakan alat
yang sering digunakan perusahaan untuk mengendalikan pengeluaran kas. Anggaran
membatasi pengeluaran seperti yang telah disetujui dan menghindari pengeluaran
yang seharusnya tidak dikeluarkan dan berapa besarnya.
g.
Menghasilkan informasi
yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian
Data historis yang
diprose oleh sistem informasi akuntansi dapat digunakan untuk meramal
pertumbuhan penjualan dan aliran kas atau untuk mengetahui tren jangka panjang
beserta korelasinya.
2.1.7
Alat-alat
Pemodelan Sistem
Sebuah
sistem analisis membutuhkan alat-alat (tools)
yang dapat menggambarkan apa yang sedang dikerjakan dalam bentuk diagram.
Peralatan dalam analisis sistem ini terdiri dari :
1.
Bagan
Alir Sistem (Flowchart)
Menurut
Krismiaji (2010:71) dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi,
Bagan alir sistem merupakan teknik analitis yang
digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem informasi secara jelas, tepat
dan logis. Bagan alir menggunakan serangkaian simbol standar untuk menguraikan
prosedur pengolahan transaksi yang digunakan oleh sebuah perusahaan, sekaligus
menguraikan aliran data dalam sebuah sistem.
Tabel 2.1
Simbol-Simbol Flowchart
No
|
Simbol
|
Keterangan
|
1.
|
|
Simbol Terminator
Untuk
menyatakan awal atau akhir program
|
2.
|
|
Simbol Dokumen
Menunjukkan
dokumen input dan output, baik untuk proses manual, mekanik, maupun komputer
|
3.
|
|
Simbol Manual Input
Untuk
memasukkan data secara manual dengan menggunakan online keyboard
|
4.
|
|
Simbol Proses
Untuk
menyatakan segala jenis operasi yang diproses dengan menggunakan suatu mesin
yang mempunyai keyboard
|
5.
|
|
Simbol Proses Manual
Untuk
menyatakan suatu proses yang dilakukan secara manual
|
6.
|
|
Simbol Decision
Untuk
menyatakan suatu kondisi yang akan menghasilkan dua kemungkinan jawaban, ya
atau tidak
|
7.
|
|
Simbol Display
Untuk menyatakan peralatan output yang
digunakan berupa layar (video, komputer)
|
8.
|
|
Simbol Tape
Untuk
menyatakan input berasal dari pita magnetik unit atau outpun disimpan ke pita
magnetik
|
No
|
Simbol
|
Keterangan
|
9.
|
|
Simbol Offline Connector
Menyatakan
sambungan satu proses ke proses lainnya dalam halaman yang berbeda
|
10.
|
|
Simbol Disk Storage
Untuk
menyatakan input berasal disk atau output disimpan ke disk
|
11.
|
|
Simbol Predifined Process
Untuk menyatakkan rincian operasi
berada di tempat lain
|
12.
|
|
Simbol Connector
Menyatakan
sambungan dari satu proses ke proses lainnya dalam satu halaman
|
13.
|
|
Simbol Disk
Untuk
menunjukan input atau output menggunakan hardisk
|
14.
|
|
Simbol Drum Magnetik
Untuk
menunjukan input atau output menggunakan drum magnetik
|
15.
|
|
Simbol Arsip
Untuk
menunjukan bahwa data dalam simbol ini akan di simpan di suatu media tertentu
|
16.
|
|
Simbol Arah Proses
Untuk
menunjukan jalanny a arus suatu proses
|
Sumber
: Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini “Sistem Informasi Akuntansi” (2014)
2.
Data Flow Diagram (DFD)
Menurut
Mulyadi (2010:57) dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi,
“Data flow diagram adalah suatu model yang menggambarkan aliran data
dan proses untuk mengolah data dalam suatu sistem.”
Tabel
2.2 Simbol DFD
No
|
Simbol
|
Keterangan
|
|
|
Sumber data
dan tujuan data
|
|
|
Proses (fungsi
yang sedang dilakukan)
|
|
|
Penyimpanan
data
|
|
|
Aliran data
|
Sumber
: Anastasia Diana dan Lilis Setiawati “Sistem Informasi Akuntansi” (2011)
3.
Diagram
Konteks
Menurut
Lilis Puspitawati dan Dewi Anggadini dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi (2014:12),
“Diagram konteks
merupakan DFD top level yang berfungsi memetakan batasan sistem dengan
lingkungan dan direpresensikan melalui lingkaran tunggal yang mewakili sistem
keseluruhan.”
4.
Entity Relation Diagram
(ERD)
Menurut
Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2014:109)dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi,
“ERD merupakan suatu
peralatan pembuatan model data yang paling fleksibel, dapat diadaptasi untuk
berbagi pendekatan yang mungkin diikuti perusahaan dalam pengembangan sistem.”
Menurut
Edhy Sutanta ( 2011:92), sebuah ERD tersusun atas tiga komponen yaitu entitas,
atribut, dan kerelasian antar entitas.
a.
Entitas (Entity)
Entitas menunjukkan
objek-objek dasar yang terkait di dalam sistem. Objek dasar dapat berupa orang,
benda, atau hal yang keterangannya perlu disimpan di dalam basis data.
b.
Atribut (Atribute)
Atribut sering pula
disebut sebagai properti (property),
merupakan keterangan-keterangan yang terkait pada sebuah entitas yang perlu
disimpan dalam basis data. Atribut berfungsi sebagai penjelas pada sebuah
entitas.
c.
Kerelasian antar
entitas (Relationship)
Kerelasian antar
entitas mendefinisikan hubungan antara dua buah entitas. Kerelasian adalah
kejadian atau transaksi yang terjadi diantara dua buah entitas yang
keterangannya perlu dalam basis data.
Tabel 2.3 Simbol ERD
No
|
Simbol
|
Keterangan
|
1.
|
|
Enternal Entity
(Kesatuan Luar) adalah kesatuan yang
menyediakan data untuk di input ke
sistem dan menerima data output dari
sistem
|
No
|
Simbol
|
Keterangan
|
2.
|
|
Relationship adalah
hubungan alamiah yang terjadi antara instance-intance
satu atau lebih tipe entitas
|
3.
|
|
Atribut
adalah sifat atau karakteristik suatu entity
yang menyediakan penjelasan detail tentang entity tersebut, atau ciri-ciri dari suatu entitas
|
4.
|
|
Link merupakan
garis penghubung antar satu entitas dengan entitas yang lain
|
Sumber
: Ema Utami dan Anggit Dwi Hartanto (2012:18) Sistem Basis Data menggunakan
Microsoft SQL Server 2005
5.
Kamus
Data
Menurut
Adi Nugroho (2011:16) dalam bukunya Perancangan
dan Implementasi Sistem Basis Data,
“Kamus data adalah
suatu himpunan dari metadata, suatu data yang menerangkan data yang lainnya.”
Simbol-simbol yang digunakan dalam kamus data adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.4 Simbol Kamus
Data
Simbol
|
Uraian
|
=
|
Terdiri
dari, mendefinisikan, diuraikan menjadi, artinya
|
+
|
Dan
|
()
|
Opsional
(boleh ada atau boleh tidak)
|
Simbol
|
Uraian
|
{}
|
Pengulangan
|
[]
|
Memilih
salah satu dari sejumlah alternatif, seleksi
|
**
|
Komentar
|
@
|
Identitas
atribut kunci
|
|
|
Pemisah
sejumlah alternatif pilihan simbol [ ]
|
Sumber : Tata Sutabri,
2015:15
2.1.8
Definisi
Basis Data (Database)
Menurut
Agustinus Mujilan (2012 : 23) dalam bukunya yang berjudul
“Secara sederhana database (basis data / pangkalan data)
dapat diungkapkan sebagai suatu pengorganisasian data dengan bantuan komputer
yang memungkinkan data dapat diakses dengan mudah dan cepat.”
Sedangkan
menurut Fathansyah (2012:3) dalam bukunya yang berjudul Basis Data,
“Basis data adalah
kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemekian
rupa dan tanpa pengulangan (redundansi) yang tidak perlu, untuk memenuhi
berbagai kebutuhan.”
Berdasarkan
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa basis data (database) adalah kumpulan data yang disimpan dalam media
penyimpanan komputer/elektronis yang dapat diakses kembali dengan mudah dan
cepat.
1.
Tujuan
Pemanfaatan Basis Data
Tujuan
awal dan utama dalam pengolahan data dalam sebuah basis data adalah agar dapat
memperoleh menemukan kembali data (yang kita cari) dengan mudah dan cepat.
Menurut Fathansyah, pemanfaatan basis data untuk pengolahan data, juga memiliki
tujuan-tujuan lain, antara lain :
a.
Kecepatan dan kemudahan
(speed)
Pemanfaatan basis data
memungkinkan untuk dapat menyimpan data atau melakukan perubahan/manipulasi
terhadap data atau menampilkan kembali data tersebut dengan cepat dan mudah,
dibandingkan jika menyimpan data secara manual (non-elektronis) atau secara
elektronis (tetapi tidak dalam bentuk penerapan basis data).
b.
Efisiensi ruang
penyimpanan (Space)
Dengan basis data,
efisiensi/optimalisasi penggunaan ruang penyimpanan dapat dilakukan, karena
dapat dilakukan dengan jumlah redundansi data, baik dengan penerapan sejumlah
pengodean atau dengan membuat relasi-relasi (dalam bentuk tabel) antar kelomok
data yang saling berhubungan.
c.
Keakuratan (accuracy)
Pemanfaatan pengkodean
atau pembentukan relasi antardata bersama dengan penerapan aturan/batasan
(constaint) tipe data, domain data ,
keunikan data, dan sebagainya, yang secara ketat dapat diterapkan dalam sebuah
basis data, sangat berguna untuk menekan ketidakakuratan penyimpanan data.
d.
Ketersediaan (availability)
Pertumbuhan data (baik
dari sisi jumlah maupun jenisnya) sejalan dengan waktu akan semakin membutuhkan
ruang penyimpanan yang besar, meskipun tidak semua data itu selalu dibutuhkan.
Dengan pemanfaatan teknologi jaringan komputer, data yang berada si suatu
cabang, dapat juga diakses (menjadi tersedia/available) bagi cabang lain.
e.
Kelengkapan (completeness)
Lengkap atau tidaknya
data yang kita kelola dalam sebuah basis data bersifat relatif (baik terhadap
kebutuhan pemakai maupun terhadap waktu). Untuk mengakomondasi kebutuhan
kelengkapan data yang semakin berkembang, maka tidak hanya dapat menambah record-record data, tetapi juga dapat
melakukan perubahan struktur dalam basis data, baik dalam bentuk penambahan
objek baru (tabel) atau dengan penambahan field-field
baru pada suatu tabel.
f.
Keamanan (security)
Memang ada sejumlah
sistem (aplikasi) pengelola basis data yang tidak menerapkan aspek keamanan
dalam penggunaan basis data. Akan tetapi untuk sistem yang besar dan serius,
aspek keamanan juga dapat diterapkan dengan ketat. Dengan begitu, maka dapat
menentukan siapa-siapa (pemakai) yang boleh menggunkan basis data berarti
obejk-objek didalamnya dan menentukan jenis-jenis operasi apa saja yang boleh
dilakukannya.
g.
Kebersamaan pemakaian
(sharability)
Pemakaian basis data
seringkali tidak terbatas pada sautu pemakai saja, atau di satu lokasi saja
atau oleh satu sistem/aplikasi saja. Basis data yang dikelola oleh sistem
(aplikasi) yang mendukung lingkungan multi-user,
akan memenuhi kebutuhan ini, tetepi tetap dengan menjaga/menghindari munculnya
persoalan baru seperti inkonsistensi data (karena data yang sama diubah oleh
banyak pemakai pada saat yang bersamaan) atau kondisi deadlock (karena ada banyak pemakai yang saling menunggu untuk
menggunakan data).
2.1.9
Definisi
SQL Server 2008
Menurut
I Ketut Darmayuda (2010:85) dalam bukunya yang berjudul Pemograman
Aplikasi Database dengan Microsoft Visual Basic.Net 2008,
Microsoft
SQL Server 2005
adalah produk lanjutan dari Microsoft SQL Server yang merupakan perangkat lunak Relational Database Management System (RDMBS)
yang andal dan powerfull. Microsoft SQL Server 2005 dirancang untuk penanganan
pengolahan data transaksi yang cukup besar seperti online order entry, inventory, akuntansi atau manufaktur.
Microsoft SQL Server 2008 merupakan
versi terbaru atau lanjutan dari Miscrosoft
SQL Server 2005
2.1.10
Definisi
Visual Basic.Net
Menurut
Priyanto Hidayatullah (2014) dalam bukunya yang berjudul Pemrograman Web,
Visual Basic.Net adalah Visual Basic
yang direkayasa kembali untuk digunakan pada flatform .Net sehingga aplikasi
yang dibuat menggunakan Visual Basic.Net agar berjalan pada sistem komputer
apapun dan dapat mengambil data dari server dengan tipe apapun asalkan
terinstal .Net Framework.
Menurut
I Ketut Darmayuda (2010:3) dalam bukunya yang berjudul Pemograman Aplikasi Database dengan Microsoft Visual Basic.Net 2008,
Pemograman Microsoft Visual Basic.Net 2008 adalah sebuah platform untuk
membangun, menjalankan dan meningkatkan generasi lanjut dari aplikasi
terdistribusi. Microsoft Visual Basic.Net
sebelumnya, yaitu Visual Basic.Net 2003
yang diproduksi oleh Microsoft.
2.2
Teori-teori
Khusus
Pada
bagian ini akan dibahas mengenai teori-teori khusus yang berkitan dengan
akuntansi biaya yaitu biaya overhead pabrik.
2.2.1
Siklus
Akuntansi
Siklus
akuntansi biaya dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan usaha perusahaan
tersebut. Siklus perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku
dibagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jasa ke bagian gudang.
Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan
harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, lanjutkan dengan
pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan
disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke
bagian gudang. Akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk
menyajikan informasi harga pokok produksi per satuan produk jadi yang
diserahkan ke bagian gudang.
Siklus
akuntansi biaya adalah suatu proses penyediaan laporan keuangan perusahaan
untuk suatu periode waktu tertentu. Akuntansi keuangan bertujuan untuk
menyajikan informasi ekonomi atau laporan keuangan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Laporan keuangan tidak dapat langsung disusun dari transaksi,
tetapi harus melalui proses. Proses sejak pencatatan transaksi sampai dengan
penyusunan laporan keuangan itu disebut “siklus akuntansi”.
Siklus
akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses
pengolahan produk, sejak dari masukkannya bahan baku ke dalam proses produksi
sampai dengan dihasilkannya produk jadi dari proses produksi tersebut.
2.2.2
Definisi
Akuntansi Biaya
Menurut
Mulyadi (2015:7) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya,
“Akuntansi biaya adalah
proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penajian biaya, pembuatan dan
penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya.”
Akuntansi
biaya mempunyai tiga tujuan pokok : penentuan kos produk, pengendalian biaya,
dan pengambilan keputusan khusus.
1.
Biaya
Menurut
Mulyadi (2015:8) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
terentu. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya, yaitu :
a.
Biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomi
b.
Diukur dalam satuan
uang
c.
Yang telah terjadi atau
yang secara potensial akan terjadi
d.
Pengorbanan tersebut
untuk tujuan tertentu
Dalam
akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya
penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: “different costs for different purposes”. Biaya
dapat digolongkan menurut :
a.
Penggolongan biaya
menurut objek pengeluaran
Dalam cara penggolongan
ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama
objek pengeluaran aalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan
dengan bahan bakar disebut “ biaya bahan bakar”.
b.
Penggolongan biaya
menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan
manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu produksi, fungsi pemasaran dan fungsi
administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya
dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok :
(1) Biaya
produksi
Merupakan biaya-biaya
yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk
dijual
(2) Biaya
pemasaran
Merupakan biaya-biaya
yang terjadi untuk melaksakan kegiatan pemasaran produk.
(3) Biaya
administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya
untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
c.
Penggolongan biaya
menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai
dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang
dibiayai, biaya dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).
(1) Biaya
langsung
Biaya langsung adalah
biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu
yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada maka biaya
langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departemental costs) adalah semua
biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu.
(2) Biaya
tidak langsung
Biaya tidak langsung
adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk diseut dengan istilah
biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead
pabrik (factory overhead costs).
Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang
terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
departemen.
d.
Penggolongan biaya
menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas
Dalam hubungannya
dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi :
(1) Biaya
variabel
Biaya variabel adalah
biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
(2) Biaya
semivariabel
Biaya semivariabel
adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
(3) Biaya
semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk
tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
(4) Biaya
tetap
Biaya tetap adalah
biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh
biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
e.
Penggolongan biaya atas
dasar jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu
manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Pengeluaran
modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal
adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya
periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat
terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang
menikmati manfaatnya dengan cara didiprisiasi, diamortisasi, atau dideplesi.
(2) Pengeluaran
pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapat
adalah biaya yang hanya mempunyai
manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
2.
Metode
Penentuan Biaya produksi
Metode
penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam
kos produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi
terdapat dua pendekatan, yaitu :
a.
Full
costing
Full
costing merupakan metode penentuan biaya
produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik, baik yang
berperilaku variabel maupun tetap. Biaya produk yang dihitung dengan pendekatan
full costing terdiri dari unsur biaya
produksi (biaya bahn baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan
biaya nonproduksi ( biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
b.
Variabel
costing
Variabel
costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik variabel. Biaya
produk yang dihitung dengan pendekatan variabel
costing terdiri dari unsur biaya produksi variabel (biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel
dan biaya administrassi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran
tetap, biaya administrasi dan umum tetap).
2.2.3
Definisi
Biaya Overhead Pabrik
Menurut
Abdul Halim (2010 : 90) biaya overhead pabrik
adalah seluruh biaya produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya
bahan baku langsung atau biaya tenaga kerja langsung.
Sedangkan
menurut Mulyadi (2015: 194) biaya overhead pabrik adalah biaa produksi
selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
1.
Penggolongan
Biaya Overhead Pabrik
Menurut
Mulyadi (2015:193) Biaya overhead pabrik
dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan, antara lain :
a. Penggolongan
biaya overhead pabrik menurut
sifatnya
Biaya-biaya produksi
yang termasuk dalam biaya overhead pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini:
(1) Biaya
bahan penolong
Biaya bahan penolong
adalah bahan yang tidak menjadi bagian produksi jadi atau bahan yang meskipun
menjadi bagian produksi jadi tetapi nilainya relatif kecil dibandingkan dengan
harga pokok produksi pokok tersebut.
(2) Biaya
reparasi dan pemeliharaan
Biaya reparasi dan
pemeliharaan berupa biaya suku cadang (sparepart),
biaya bahan habis pakai (factory supplies)
dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan
dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan
ekuipmen, kendaraan, perkakas labolatorium, dan aktiva tetap lain digunakan
untuk keperluan pabrik.
(3) Biaya
tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tidak
langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan
secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu.
(4) Biaya
yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen
pabrik, bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, perkakas laboratorium, alat kerja,
dan aktiva lain yang digunakan di
pabrik.
(5) Biaya
yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya assuransi gedung dan
emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi
kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
(6) Biaya
overhead pabrik lain yang secara
langsung memerlukan pengeluaran uang tunai
Biaya overheadpabrik yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak
lain perusahaan, biaya listrik PLN, dan lainnya.
b. Penggolongan
biaya overhead pabrik menurut
perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi
Ditinjau dari perilaku
unsur-unsur biaya overhead pabrik
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan, antara lain :
(1) Biaya
overhead pabrik tetap
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam
kisar perubahan volume kegiatan tertentu.
(2) Biaya
overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
(3) Biaya
overhead pabrik semivariabel
Biaya overhead pabrik semivariabel adalah
biaya overhead pabrik yang berubah
tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
c. Penggolongan
biaya overhead pabrik menurut
hubungannya dengan departemen
Menurut Mulyadi
(2015:195) ditinjau dari hubungannya
dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu :
(1) Biaya
overhead pabrik langsung departemen (direct departemental overhead expenses)
Biaya overhead pabrik langsung departemen
adalah biaya overhead pabrik yang
terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh
departemen tersebut. Contoh biaya ini adalah gaji mandor departemen produksi,
biaya depresiasi mesin, dan biaya bahan penolong.
(2) Biaya
overhead pabrik tidak langsung
departemen (inderect departement overhead
expenses)
Biaya overhead pabrik tidak langsung
departemen adalah biaya overhead pabrik
yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh biaya overhead ini adaah biaya depresiasi,
pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik (catatan: gedung pabrik digunakan oleh
beberapa departemen produksi).
2.
Langkah-langkah
Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Menurut
Mulyadi (2015:197) penentuan tarif biaya overhead
pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini :
a.
Menyusun anggaran biaya
overhead pabrik
Dalam menyusun anggaran
biaya overhead pabrik harus
diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar
penaksiram biaya overhead pabrik. Ada
tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead pabrik : kapasitas praktis, kapasitas normal, dan
kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Penentuan kapasitas praktis dan
kapasitas normal dapat dilakukan dengan lebih dulu menentukan kapasitas teoretis,
yaitu volume produksi maksimum yang dapat dihasilkan oleh pabrik.
(1) Kapasitas
teoretis (theoritical capacity)
Kapasitas teoretis
adalah kapasitas pabrik atau suatu selama jangka waktu tertentu. Kapasitas
praktis adalah kapasitas teoretis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang
tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan.
(2) Kapasitas
normal (normal capacity)
Kapasitas normal adalah
kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produksinya dalam jangka
panjang.
(3) Kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan (expected
actual capacity)
Kapasitas sesungguhnya
yang diharapkan adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang. Penentuan
tarif biaya overhead pabrik pada
dasarnya adalah penaksiran biaya overhead
pabrik sesungguhnya di masa yang akan datang, dan menurut pendekatan jangka
pendek, hal ini dapat dilakukan bila tarif tersebut dibuat atas dasar tingkat
kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
b.
Memilih dasar
pembebanan biaya overhead pabrik
kepada produk
Faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah :
(1) Harus
diperhatikan jenis biaya overhead pabrik
yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi.
(2) Harus
diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik
yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar
pembebanan yang akan dipakai.
Ada
berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk,
diantaranya adalah :
(1) Satuan
produk
Metode ini adalah yang
paling sederhana dan yang langsung membebankan biaya overhead pabrik (BOP) kepada produk. Beban biaya overhead pabrik untuk setiap produk
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Taksiran
biaya overhead pabrik
=
Tarif BOP per satuan
Taksiran
jumlah satuan produk
yang
dihasilkan
|
(2) Biaya
bahan baku
Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi
dengan nilai bahan baku (misalnya biaya asuransi bahan baku), maka dasaryang
dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai.
Rumus perhitungan biaya overhead pabrik
adalah sebagai berikut :
Taksiran biaya overhead pabrik Persentase
BOP
= dari
biaya bahan
Taksiran biaya bahan baku
yang baku yang dipakai
dipakai
|
(3) Biaya
tenaga kerja
Jika sebagian besar
elemen biaya overhead pabrik
mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung (misalnya
pajak penghasilan atas upah karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan), maka
dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead
pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Taksiran biaya overhead pabrik Presentase
BOP
= dari biaya tenaga
Taksiran biaya tenaga kerja langsung kerja langsung
|
(4) Jam
tenaga kerja langsung
Apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat
dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan
adalah jam tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus:
Taksiran biaya overhead pabrik Tarif
BOP per jam
=
tenaga kerja
Taksiran jam tenaga kerja langsung langsung
|
(5) Jam
mesin
Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan
waktu penggunaan mesin (misalnya bahan
bakar atau listrik yang dipakai untuk
menjalankan mesin), maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam
mesin. Tarif biaya overhead pabrik
dihitung sebagai berikut :
Taksiran biaya overhead pabrik Tarif
BOP per jam
= mesin
Taksiran
jam kerja mesin
|
c.
Menghitung tarif biaya overhead pabrik
Setelah tingkat
kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran
biaya overhead pabrik telah disusun,
serta dasar pembebanannya telah dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir
adalah menghitung tarif biaya overhead pabrik
dengan rumus sebagai berikut:
Biaya overhead pabrik yang dianggarkan Tarif biaya
= overhead
pabrik
Taksiran
dasar pembebanan
|
3.
Pembebanan
Biaya Overhead Pabrik Kepada Produk
Atas Dasar Tarif
Tarif
biaya overhead pabrik yang telah
ditentukan dimuka kemudian digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk yang
diproduksi. Jika perusahaan menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga pokok produksinya, produk
akan dibebani biaya overhead pabrik
dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik
variabel dan tarif biaya overhead pabrik
tetap. Jika perusahaan menggunakan metode variabel
costing di dalam penentuan harga
pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variabel saja.
a.
Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dalam
metode full costing
Setelah tarif biaya overhead pabrik ditentukan sebesar Rp
140 per jam mesin, maka produk yang diproduksi sesungguhnya dibebani dengan
biaya overhead pabrik dengan
menggunakan tarif tersebut.
b.
Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dalam
metode variabel costing
Dalam metode variabel costing, biaya overhead pabrik tetap tidak
diperhitungkan sebagai unsur biaya produksi, sehingga tidak diperhitungkan
sebagai unsur harga pokok persediaan produk jadi maupun persediaan produk dalam
proses. Biaya overhead pabrik tetap
diperhitungkan sebagai biaya periode dan langsung digunakan untuk mengurangi
pendapatan penjualan dalam periode yang bersangkutan.
4.
Pengumpulan
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi dikumpulkan untuk dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka. Selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka dengan biaya overhead pabrik
sesungguhnya terjadi merupakan biaya overhead
pabrik yang lebih atau kurang dibebankan (over or underapplied factory overhead cost).
PT
Eliona Sari
Biaya
Overhead Pabrik yang Sesungguhnya
Terjadi Tahun 20X1
Pada
Kapasitas Sesungguhnya yang Dicapai
75.000
Jam Mesin
|
|||
No
Rek
|
Jenis
Biaya
|
Tetap/Variabel
|
Jumlah
|
5101
5102
5103
5104
5105
5106
5107
5108
|
Biaya Bahan Penolong
Biaya Listrik
Biaya Bahan Bakar
Biaya Tenaga Kerja
Tidak Langsung
Biaya Kesejahteraan
Karyawan
Biaya Reparasi &
Pemeliharaan
Biaya Asuransi Gedung
Biaya Depresiasi
Mesin
|
V
V
V
V
T
T
V
T
T
T
|
Rp1.000.000
1.450.000
750.000
1.500.000
2.000.000
1.500.000
500.000
500.000
600.000
800.000
|
Jumlah
|
|
V
T
|
Rp5.300.000
5.400.000
|
Jumlah
Total
|
Rp10.700.000
|
Gambar 2.2 Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya
Terjadi
a.
Pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya dalam
metode full osting
Biaya overhead pabrik yang esungguhnya terjadi
dicatat dalam rekening kontol biaya overhead
pabrik sesungguhnya. Rekening ini dirinci lebih lanjutdalam kartu
biaya untuk jenis biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi. Jurnal yang dibuat oleh PT Eliona Sari untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi berdasarkan data dalam Gambar 2.2 adalah sebagai berikut :
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp10.700.000
Persediaan
Bahan Penolong Rp1.100.000
Persediaan
Bahan Bakar 750.000
Gaji
dan Upah 3.500.000
Persediaan
Suku Cadang 500.000
Persekot
Asuransi Gedung 600.000
Akumulasi
Depresiasi Mesin 800.000
Kas 3.450.000
Catatan:
Biaya
yang dibayar dengan kas terdiri dari:
Biaya
listrik sebesar Rp1.450.000
Biaya
kesejahteraan karyawan 1.500.000
Biaya reparasi & pemeliharaan
tetap sebesar 500.000
Jumlah Rp3.450.000
b.
Pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya dalam
metode variabel costing
Karena dalam metode variabel costing biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya
dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya, tidak diperhitungkan ke
dalam harga pokok produksi, maka biaya overhead
pabrik sesungguhnya yang telah dicatat dalam rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya kemudian
dipecah menjadi dua kelompok biaya :
biaya overhead pabrik variabel
sesungguhnya dan biaya overhad pabrik
tetap sesungguhnya.
Jurnal yang dibuat
untuk mencatat peisahan biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi menurut perilakunya, berdasarkan data dalam gambar
2.2 adalah sebagai berikut :
Biaya
Ov.Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp5.300.000
Biaya
Ov.Pabrik Tetap Sesungguhnya 5.400.000
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp10.700.000
2.3
Penelitian
Terdahulu
Menurut Yuri
Rahayu, 2015, dalam penelitiannya yang
berjudul “Analisa Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Terhadap Harga Jual Produk
Pada UKM Di Wilayah Sukabumi” menyatakan,
Bahwa dengan mengetahui dan paham atas
perlakuan perhitungan tarif BOP
perusahaan bisa dengan tepat menetapkan harga jual produk sehingga perusahaan bisa menjaga kelangsungan hidup perusahaan
(konsep going concern) untuk bisa bertahan hidup
lama di tengah keadaan ekonomi yang sulit dan persaingan yang ketat. Dalam hal
ini berusaha menyajikan perhitungan yang sederhana karena obyek penelitian
penulis adalah Usaha kecil dan menengah yang kurang sekali pemahaman tentang
BOP.
Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Ardianti, 2014, dalam penelitiannya
yang berjudul “Persentase Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, Biaya Overhead
Pabrik Terhadap Harga Pokok Produksi Pada PT Indohamafish Tahun 2014”
menyatakan,
Bahwa dengan diterapkannya perhitungan
biaya-biaya yang dikeluarkan pada proses produksi secara terperinci, dapat
diketahui biaya overhead pabrik memberikan persentasenya yang besar
terhadap harga pokok produksi, dan dengan melakukan perhitungan tersebut
perusahaan dapat lebih jelas melihat peningkatan dan penurunan pada setiap
periode seberapa besar persentase biaya overhead pabrik yang masuk
terhadap harga pokok produksi tersebut.
0 Komentar